Mungkin saya disini ingin cerita kronologis saya yang bisa-bisanya ada di UI padahal saya adalah mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim Riau, nun jauh disana.
Muka Lecek saya + Sok Serius Parah >.< Saya dengan jilbab coklat |
Tahun 2013 itu adalah tahun keberuntungan ketika saya dan beberapa sahabat saya, Mutia Nurul Rahmah dan Kak Haqqy Rerian sepakat untuk mengikuti sebuah kompetisi jurnalistik nasional yang diselenggarakan oleh BOE FEUI. Saya kali itu yang melihat pengumuman langsung terkesima dengan kegiatan tersebut. Berharap lolos untuk mengikuti kegiatannya, ada study visit ke Koran SINDO, Talkshow dengan Menteri Informatika dan petinggi pers nasional Detik.com, TvOne, Metrotv, Bloomberg dan masih banyak yang beberapa saya sudah lupa. Disana juga ada salah satu host favorit saya Alvin Adam, yang merupakan host Just Alvin yang tayang tiap minggu di MetroTv.
Voilaa kami lulus!
Ketika awal mengikuti kegiatan. Saya dan teman - teman berpikir bahwa itu kompetisi. Saya perpikir itu kompetisi untuk mendapatkan kesempatan luarbiasa bertemu orang - orang hebat dan pengalaman hebat. Jadi, ketika 10 tim terbaik terpilih dari seluruh Indonesia yang terdiri dari 30 orang. Saya dan teman - teman Riau mengira kami semua sudah menjadi pemenang. Ternyata ini merupakan kompetisi lanjutan.
Rio bersama teman - teman berasal dari Universitas Padjajaran salah satu teman terdekat kami delegasi Riau kala itu karena termasuk orang - orang pertama yang kami kenal di Asrama UI selain William dan temannya yang berasala dari Universitas Tarumanegara.
Kesan pertama ketika saya mengenalnya : Jenius, Introvert, Sopan.
Sosoknya yang memiliki tubuh yang tinggi, dengan kacamata, cara berpakaiannya yang aktivis banget, saya melihat beliau sangat dewasa.
Saya sampai sekarang masih rada ga percaya kalau seumuran. Saya merasa dia merupakan senior kala itu. Saya ingat tahun itu saya masih di tahun pertama menjadi mahasiswa, semester 2.
Sampai akhirnya kami menjadi teman yang cukup akrab di antara delegasi lain karena kami satu tim dalam Forum Diskusi Nasional di Hari Pertama. Tim Rio, tim saya, dan tim berasal dari semarang. Kami dimentori oleh salah satu pimpinan redaksi koran SINDO Online kala itu. Saya menyimak betul cara beliau menyampaikan pendapat, begitu tertata, rapi, dewasa, jadi wajar saya sangat ‘segan’ kala itu (gitu rio).
Walaupun kelompok kolaborasi kami saat itu menjadi kelompok dengan nilai terendah dan sangat tidak memuaskan, kami masih mendapatkan pujian karena menyampaikan teori Bill Kovach tentang 9 Elemen Jurnalisme. Kami dipuji karena kami sebagian besar masih duduk di tahun pertama perkuliahan dan kami sudah mengetahui teori yang belum kami pelajari seharusnya.
Banyak hal yang saya kenal dari sosok beliau, termasuk wawasannya tentang daerahnya dan wawasannya tentang Indonesia. Saya merasa saya orang yang paling hemat bicara kala berbincang saat itu. Karena minimnya wawasan yang saya miliki hehe. Kami memiliki beberapa teman yang suka ngumpul tengah malam di kantin asrama UI. Selain Rio dari Univesitas Padjajaran, William dari Universitas Tarumanegara, ada juga teman - teman dari Universitas Hassanudin dan Semarang. Jadilah topik luarbiasa luasnya kami dapatkan, bahas tentang kabinet, kepemimpinan pemerintahan Indonesia. Saya pribadi kala itu sempat ngambek sama sahabat saya. Mutia karena saya tidak mau sendirian di kamar asrama UI. Padahal saya sedang dalam keadaan ngantuk berat, dan jarum jam sudah menunjukkan angka hampir tengah malam. Saya akhirnya menyusul beliau menuju kantin asrama UI. Saya pun terbelalak melihat kerumuman mahasiswa yang masih memenuhi kantin itu. Saya pun malu seketika, akhirnya bergabung berbincang dengan rio dan kawan - kawan (Maaf ya rio banyak curhatnya)
Oke banyak ilmu baru yang saya dapatkan kala itu, mendengarkan pandangan mereka terhadap masa depan Indonesia, kondisi politik, pendidikan, masih banyak lagi. Sampai kamar asrama Mutia langsung ceplos, “aku ngerasa jadi orang cerdas banget malam ini yaak mel, bahasnya politik, ekonomi, sosial,” Kami pun tertawa.
Jujur saja, saya kami dari Riau minder dengan selera teman - teman dari jawa yang luarbiasa. Sampai topik obrolan pun sangat berkualitas, kami mah apa atuh.
Rio sosok yang tenang, terlihat dari perawakannya kami merasa memiliki leader ketika kegiatan itu berlangsung saat Focus Discussion Group tim kami berlangsung. Satu hal lagi yang saya ingat, beliau sangat tegas dan jauh dari kata takut ketika bertanya hal anti mainstream.
Saat Seminar dan Talkshow dengan keynote speaker Menteri Komunikasi, Bapak Tifatul Sembiring (masih periode Presiden SBY) dilanjutkan dengan talkshow bersama alvin adam, dan pemimpin redaksi media terkemuka di Indonesia. Saya masih ingat pertanyaannya lebih kurang seperti ini, “Kenapa Media di Indonesia selalu menampilkan hal negatif tentang Indonesia, bukannya itu gak baik ketika negara luar mengetahui itu?” (Seketika saya tahu, beliau adalah mahasiswa Hubungan Internasional, walaupun selama ini saya mengira beliau mahasiswa komunikasi karena wawasan jurnalistiknya oke banget). Pertanyaan kedua, “Kenapa media kita pilih kasih, ketika pemimpin kita sudah melakukan hal baik kenapa gak di ekspos? Kenapa publikasi berita ketika berbuat gak baik aja?”
Pertanyaan yang cukup mengelitik dan membuat para narasumber berdiskusi.
Kalau dibandingkan dengan saya, jauh bangeeet deh. Saya sendiri aja lupa pertanyaan saya ketika bertanya. Saya juga sosok memalukan kala talkshow karena grogi dan latah mengucapkan salam sehingga seantero Aula Pusat Studi Jepang UI tersebut di penuhi tawa orang yang menertawakan saya (Duhh gak banget kenangan ini). Akhirnya saya pake jurus ngeles, karena ngefans sama Alvin Adam makanya grogi, eh saya kedapatan durian runtuh dapat touch langsung dibelakang panggung bareng Alvin. (Doa orang teraniaya dikabulkan)
Back to topik, beliau juga sangat low profile dan sangat berbesar hati ketika pengumuman berlangsung. Kami delegasi riau menjadi pemenang utama kala itu. Lalu siapa yang mengucapkan selamat pertama kali, Yapss! Rio dan kawan - kawan. Saya sangat apresiasi sekali dengan hal yang mereka lakukan.
Jujur saja hingga detik ini, kami delegasi Riau tidak pernah berharap menjadi juara kala itu. Bagi kami untuk hadir dan dapat kesempatan lima hari belajar dan bertemu orang - orang hebat dan teman - teman hebat adalah hadiah luarbiasa bagi kami.
Kami aktif bertanya, karena jujur kami merasa bodoh sekali datang kala itu. Jauh - jauh dari sumatera mendapatkan kesempatan gratis bertanya “pada ahlinya” tentunya kami tidak sia - siakan.
Lalu kemudian saya mengenal rio hanya melalui timeline facebook yang selalu update, kabar hebatnya ia yang sekarang sudah menjadi penulis besar dengan novel berjudul @Allah, menjadi ketua ini dan itu, tulisannya sudah tak terhitung diberbagai media, menjadi pembicara ini dan itu, menang PKM, menang lomba disana dan disini, dan jalan- jalan keluar negeri lalu... Saya pun tidak tahu banyak rencana apa yang kedepannya ia akan lakukan. Beliau juga sosok yang menginspirasi saya, walaupun mungkin ada saran saya untuk jadi sosok “lebih nyantai” dikit sih. Saya masih rada “segaaan” banget dengan sosok beliau. Sampai untuk berkomunikasi sharing tentang sesuatu di media chat dan lain - lain. Saya sangat hati - hati banget, karena takut typo atau salah ketik dan mengurangi bahasa “anak muda masa kini” untuk berkomunikasi. Saya terkadang jadi merasa sosok yang beda kalau berbincang dengan beliau hehe.
Saya yakin beliau memiliki banyak rencana berlian kedepannya, termasuk menjadikan Indonesia lebih baik. Satu lagi, saya merasa sangat cukup dekat dan akrab karena beliau karena satu kampung di Sumatera Selatan. Walaupun dia baru tahu saya asal dari sana kemarin. Pesan saya sebagai sesama anak perantauan agar jangan melupakan daerah asal dan berniat untuk membangun kampung halaman.
Sukses terus Rio Al Fajri ! Berkaryalah lebih banyak dan baik lagi !